Madrid, Selasa
Bayern Muenchen bukan saja mencetak sejarah dengan menumbangkan Real Madrid di Santiago Bernabeu, namun sekaligus mengirim pesan kepada seluruh tim perdelapan finalis Piala Champions 1999-2000 bahwa mereka paling layak memenangi gelar juara musim ini. Hari Selasa (29/2), runners-up musim lalu itu unjuk kekuatan dengan menumbangkan Real Madrid, 4-2 (3-1), di pertandingan Grup C.
Ini adalah kemenangan pertama klub Jerman di Santiago Bernabeu, stadion angker kandang Real Madrid yang selalu menelan korban klub-klub tamu.
Bukan kemenangan dan catatan sejarah semata yang diperoleh Stefan Effenberg dan kawan-kawan malam itu. Bayern menunjukkan bahwa sepak bola Jerman di masa mendatang harus dimainkan dengan cara mereka. Di Bernabeu, praktis tak ada lagi gaya klasik sepak bola Jerman yang suka berlama-lama memainkan bola di lapangan tengah.
Sejak menit pertama, Bayern yang baru saja merayakan hari jadi ke-100, bermain super agresif. Tak peduli di kandang lawan, mereka langsung menyerang. Saat memegang bola, semua pemain mendukung, dan saat kehilangan bola, semua pemain mundur bertahan.
"Tim nasional Jerman harus mempelajari cara bermain kami, sebab harapan sepak bola Jerman adalah Bayern Muenchen," kata kapten Effenberg yang menyumbang satu gol di Bernabeu.
Bintang yang pernah bersumpah tak mau lagi membela tim nasional Jerman itu menambahkan, tim nasional Jerman harus mengamati gaya permainan Bayern yang sangat agresif dan stylist, terutama di 45 menit babak pertama.
"Mereka harus membuat rekaman video dan mencoba melakukan hal yang sama," tambah Effenberg.
Presiden klub Bayern, yang juga legenda sepak bola Jerman, Franz Beckenbauer, menambahkan, dia tak pernah melihat permainan sepak bola seperti yang ditunjukkan Bayern di Bernabeu. "Apakah Anda pernah melihat hal sedemikan hebat? Saya belum. Mungkin ada di masa saya main," kata Beckenbauer sembari mengisap sebatang cerutu besar.
Dengan kemenangan ini, Bayern selain membuka lebar peluang ke babak perempat final juga masih menjadi favorit terkuat merebut juara Bundesliga.
Kontras dengan tim nasional Jerman yang terseok-seok sejak gagal total di Piala Dunia 1998. Tim Panser yang mendominasi sepak bola dunia dalam 10 tahun terakhir, kini masih tetap berjuang menemukan bentuk terbaiknya.
Sementara itu meski kalah, Real Madrid yang juga menunjukkan permainan menawan, mendapat pujian dari kalangan media massa yang biasanya sangat kejam.
"Kalah, tetapi Real Madrid keluar lapangan dengan kepala tegak," tulis harian olahraga terkemuka, Marca.
Pertahanan rapuh
Di Santiago Bernabeu, di luar dugaan tuan rumah Real Madrid tampil sangat gugup di 10 menit pertama. Dan, yang paling mencelakakan adalah buruknya kerja sama di lini belakang. Dalam lima menit pertama saja, ujung tombak Bayern, Paolo Sergio memperoleh tiga peluang emas.
Bayern sendiri sangat jeli memanfaatkan kendali permainan yang langsung mereka rebut sejak menit pertama. Effenberg dan kawan-kawan sama sekali tak memberi kesempatan Real mengkoordinir serangan dan merapatkan pengawalan begitu pemain-pemain Real melewati garis tengah.
Permainan menawan yang diperagakan gelandang Hasan Salihamidzic, bek sayap Bizente Lizarazu dan ujung tombak Giovane Elber, semakin membuat Bayern mendominasi permainan.
Buruknya koordinasi lini belakang Real akhirnya memetik malapetaka menit ke-21 setelah penyerang Bayern Mehmet Scholl terlepas sendirian dan mengecoh kiper Iker Casillas. Empat menit kemudian, Effenberg mengecoh Casillas melalui tendangan bebas ke tiang dekat.
Real kemudian bangkit dan mempertipis ketinggalan melalui sundulan Fernando Morientes menit ke-25, sebelum Thorsten Fink memperbesar keunggulan Bayern, 3-1, melalui sebuah gol indah.
Di awal babak kedua, Real sempat bangkit setelah Raul Gonzalez mempertipis ketinggalan menjadi 3-2. Namun Bayern kembali meneguhkan dominasinya lewat gol Paolo Sergio.